Selamat datang di blog saya, semoga anda terhibur

kota raja tenggarong yang indah yg penuh dgn kekayaan sejarah na


Welcome Kota Raja

Alam yg sanngat indah, sejuk na dan indah na kota raja (tenggarong). Pagi jam 11:00 saya berangkat dr samarinda menuju tenggarong, walau ad rasa kesal, jengkel, sakit hati, gara’’ pacar saya ga bias ikut, padahal janji na mau nemani k’tenggarong.
Tapi Alhamdulillah sampe jg d’kota yg penuh sejarah ini walau dgn hati kesal. Pertama’’ saya k’samsat tenggarong untuk memperpanjang STNK motor saya yang jatuh pada blan dpnsaya perpanjang cepat karena beberapa hari lg ssya mau plang k’banjar. Setelah sampe samsat, ternyata ktp yg punya motor dc mati, untung bapak polisi na baek’’. Jd saya bsa memperpanjang tpe ada syarat na, ad uang lebih na untuk kasih bapak polisi na, tapi ga papa lh yg penting selesae.
Ntar jam 3 sore d’ambil yc STNK na,blng pak polisi. Ok blng saya. Kebetulan saya mau liat’’ mesium mulawarman jg. Akhir na saya langsung menuju mesium wlau ga tao ne sebenar na tempat na. ternyata memeng benar blang org’’ malu bertanya sesat d’jalan, memang sesat saya, jauh bgt lg. sampe d’atas gunung yg tinggi meniju kota bangun saya lihat dr kejauhan terlihat jembatan Mahakam. Baru saya nyadar klo tersesat. Akhir na saya balik arah, ternyata kembali lg kejalan semula.
Ternyata lapar jg ne perut, akhir na saya cari makan, dapat lh makanan d’seputaran tepian. Saya pesan lalapan, disana lh saya berbincang’’ dgn yang punya warung makan…. Dia kasih tao jalan  menuju mesium. Sampai akhir na saya sampe k’mesium jg. Dengan bayar Rp 2.000 untuk uang parker dan  rp 2.500 saya sudah bias liat’’ mesium. Banyak bgt dsana peninggalan kerrajaan kutai kertanegara….keren’’ coy. Dr abad k’13 kaya na semua lengkap.
Disana saya berbincang’’ sama satpam na dia blang masih banyk peninggalan bersejarah lain nay g masih belum terpajang. Maka dr itu pemkot dr dinas kebudayaan tenggarong biki gedung lg, blang na untuk kantor dinas kebudayaan sama mesium untuk majang’’ lg. blang na lg klo mesium to cma separu aja yg dpajang berarti masih banyk yg belum terpajang. Jd belum liat yg separu na dc……
Disana saya menuju makam na raja/ sultan kerajaan tenggarong, dsana saya bacakn patihah empat dan saya hdiah kn untuk sultan abad k’17 sama k’18 cz saya lupa nama na…..panjang bgt. Terlebih saya bukan org kutai jg kurang tau, saya org banjar.
Sesudah dr sana ga terasa hamper jam 3 sore maklum saking assik na baca’’ peningalan kutai kertanegara itu sya lupa waktu. Lalu saya bergegas naik motor menuju samsat tenggarong.
Sesampai na dsna ternnyata samsat na sudah tutup, kacau ini bilang saya masa saya besok balik lg k’tenggarong. Saya coba beranikan diri masuk sana ternyata bpk polisi na msh dsana, Alhamdulillah. Lalu saya berterima kasih pd pak polisi krna dc nunngu saya.
Sehabis dr sana saya mampir lh ketepian tenggarong yg indah n damai dan saya tulis lh artikel ini d’tepian pnggarong, kbetulan d’blakang sya orang ada yang rakit patung lembus wana, gedi bgt coy…
Dsamping saya jg terdengar musik’’ yg mengiringi dan menbantu saya untuk lbh semangat menulis  artikel ini.
Pating lembus ini d’datang kn dr bantul blang nay g terbuat dr tembaga senilai kurang lbh 6M.
Ini masih tahap penyelesaian.
I like kota raja, saya bangga bias jln’’ k’tmpat kerajaan tertua d’nusantara ini. Wlau berangkat na td hati saya kesal bgt. Terus lg maju kota raja saya selalu mendukung mu.
Dan akhir na saya sudahi saja artikel ini karna saya mau plang k’samarinda ntar kmlaman coz ad janji jg sama yanuar n aly…..


By

Agung shinaga p

Tenggarong 12/6/2010 15:00

abu nawas demo tuan kadi

Abu nawas mendemo tuan kadi

Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir. 

Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menutup kitab mereka.

"Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu."

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu
Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan berada di pihak yang benar.

Pada malam harinya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,"Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak Rumah Tuan Kadi yang baru jadi."

"Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua muridnya keheranan.

"Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!" kata Abu Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu, jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan lemparilah dengan batu." 

Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Rumah Tuan Kadi. Laksana demonstran mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi.


Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih ketika tanpa basa-basi lagi mereka langsung merusak rumah Tua Kadi. Orang-orang kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena jumlah murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani mencegah. 

Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan bertanya,"Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?"



Murid-murid itu menjawab,"Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!"

Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah.

Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orang yang berani membelanya "Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya kepada Baginda."

Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda.

Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. "Hai Abu Nawas apa sebabnya kau merusak rumah Kadi itu"

Abu Nawas menjawab,"Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada suatu malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya. Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi."

Baginda berkata," Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?"

Dengan tenang Abu Nawas menjawab,"Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi
yang baru ini Tuanku."

Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la terdiam seribu bahasa.

"Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?" tanya Baginda.

Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran karena takut.

"Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti ini !" perintah Baginda.

"Baiklah ...... "Abu Nawas tetap tenang. "Baginda.... beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa."

Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan Baginda.

Berkata Baginda Raja,"Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ihwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini."

Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia menginap.

"Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang bejad moralnya."

Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.

Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,"Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua." 

Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal. 

8 Kemampuan Modal Sukses


Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama kita berusaha dan berdo'a, yakin lh sobat. Bagi sebagian orang, sukses adalah sesuatu yang sepertinya memang sudah digariskan oleh Tuhan. Tidak, Ini menimbulkan pandangan yang sifatnya menyerah, putus asa terhadap keadaan. Akibatnya, jika orang sudah lebih dulu merasa dirinya tidak bernasib baik, maka sukses adalah sesuatu yang sulit digapai. Dari keyakinan yang sembrono inilah lahir banyak kegagalan.
Namun bagi sebagian lagi, sukses adalah sesuatu yang bisa diperjuangkan. Tidak dimungkiri, memang ada sebagian orang yang lebih beruntung dalam hidup ini. Artinya, orang tersebut memerlukan usaha yang relatif lebih sedikit dibanding orang kebanyakan dalam memperoleh kesuksesannya. Namun bagi para pejuang yang ingin
berhasil, kesuksesan selalu berarti usaha melebihi dari rata-rata kebanyakan orang.Yang dibutuhkan oleh orang-orang bermental pejuang seperti ini adalah kemauan untuk mengasah ketrampilan-ketrampilan pribadi yang mendasar sifatnya. Berikut adalah ringkasan dari sejumlah kemampuan (ketrampilan) pribadi yang diyakini paling berpengaruh dalam mengubah nasib seseorang, dari individu yang biasa menjadi individu yang berhasil.
1. Kemampuan Berpikir Positif
Orang yang mampu berpikir secara positif memandang kesulitan sebagai tantangan, menganggap kritik sebagai sumbangan pemikiran, dan melihat banyak peluang dan kemungkinan dalam ketidaksempurnaan.
Sementara orang negatif menganggap kesulitan sebagai bentuk dari kegagalan atau kebodohannya sendiri. Berpikir positif berarti menjauhkan diri dari segala bentuk prasangka buruk, baik terhadap seseorang maupun obyek tertentu. Seseorang yang suka berprasangka buruk mudah sekali kehilangan peluang, kurang berhasil dalam relasi sosial, dan mudah mendatangkan masalah dalam kehidupan organisasi.
2. Kemampuan Menetapkan Tujuan
Kemampuan menetapkan tujuan sangat mendasar dalam mendesain sukses seseorang. Tujuan merupakan pedoman yang mengarahkan seseorang untuk mengambil tindakan-tindakan yang tepat dan terukur. Tujuan mengontrol atau mengawasi perilaku seseorang. Dan tujuan memberi kekuatan untuk maju dan mengalahkan
berbagai rintangan. Jika seseorang gagal menetapkan tujuan, maka ia bergerak tanpa arah. Dalam kehidupannya, orang ini tidak tahu mau kemana dan sudah sampai tahap mana. Pada tahap yang sangat kronos, orang tanpa tujuan sama artinya dengan orang yang kehilangan kepribadian.
3. Kemampuan Bekerjasama
Dalam banyak kisah kesuksesan, hampir menjadi kebenaran umum bahwa sukses seseorang selalu diraih berkat bantuan atau kerjasama dengan orang lain. Jarang sekali sebuah kesuksesan diraih murni dari usaha sendiri. Bahkan seorang seniman yang paling eksentrik sekalipun membutuhkan kerjasama dengan orang lain supaya karya-karyanya dihargai dengan layak. Sukses selalu membutuhkan kemampuan bekerjasama. Ini berarti ada proses saling memberi, saling mendukung, saling melengkapi, dan bergerak bersama-sama menuju suatu tujuan.
4. Kemampuan Mengendalikan Tekanan
Tangga kesuksesan biasanya harus ditapaki dengan berbagai beban dan gangguan di sekelilingnya. Jarang sekali kesuksesan bisa diperoleh 100% dengan gratis. Dalam bidang yang sangat kompetitif, tahapan-tahapan kesuksesan sering mendatangkan beban atau tekanan psikologis yang luar biasa. Maka, para pejuang kesuksesan harus memiliki mekanisme dalam mengelola tekanan tersebut. Popularitas seorang selebritis misalnya, selain mendatangkan uang banyak juga mendatangkan gangguan-gangguan psikologis. Kematian Elvis Presley, Marlyn Monroe, John Lenon atau Bruce Lee justru pada saat mereka di puncak kejayaannya memang penuh dengan misteri. Namun dari sekian banyak analisis, selalu ditemukan unsur tekanan dan ketakutan berlebihan pada diri mereka atas sukses yang mereka alami.
5. Kemampuan Berpikir dan Bertindak Kreatif
Tak dipungkiri, kreatifitas menjadi biang dinamika peradaban. Pribadi-pribadi kreatif mampu memformulasikan sesuatu yang baru, memodifikasi sesuatu yang lama menjadi baru, dan bisa mencipta dari sesuatu yang belum ada menjadi ada. Di era yang serba instan dan kompetitif ini, pola-pola lama sering tidak memadai lagi sebagai andalan bersaing. Di sinilah dibutuhkan cara-cara berpikir yang segar serta diikuti dengan tindakan yang tepat. Kisah sukses sering diawali dengan cara berpikir yang sederhana namun kreatif.
6. Kemampuan Bertindak Tepat
Sesuatu yang bernilai jadi tidak bernilai jika tidak ada pada waktu dan tempat yang tepat. Begitu juga sebuah tindakan. Dalam kehidupan, berhasil tidaknya kita sangat ditentukan oleh ketepatan tindakan yang kita ambil, baik dari sisi jenis maupun waktu bertindaknya. Orang-orang sukses biasanya memiliki kemampuan mengambil tindakan yang tepat serta pada waktu yang dibutuhkan, terutama sekali karena mereka telah berulang kali menghadapi situasi serupa. Kemampuan instingtif atau feeling mereka terlatih oleh tantangan demi tantangan yang berhasil mereka taklukan. Ini sekaligus menunjukkan hukum kesuksesan yang sejatinya memang tidak bisa diperoleh secara instan.
7. Kemampuan Mencintai
Nah, yang lebih menarik lagi adalah bahwa orang-orang sukses selalu memiliki kemampuan untuk mencintai apa saja yang diyakini dan yang dilakukannya. Kecintaan tersebut membuat mereka mencurahkan perhatian, tenaga, dan usaha dengan sepenuh hati. Kemampuan itu pula yang membuat mereka tahan banting dan bersemangat mengalahkan setiap tantangan. Ini sekaligus menjawab mengapa orang-orang sukses memiliki dedikasi yang mengagumkan pada bidang-bidang yang ditekuninya. Tanpa kemampuan mencintai, orang sukses tak akan mampu bertahan lama dalam tangga kesuksesannya.
8.   Kemampuan Memimpin
Sulit dipungkiri, orang-orang sukses adalah mereka yang memiliki kemampuan mengorganisasikan dan mendayagunakan tenaga atau pikiran orang lain menuju suatu tujuan tertentu. Sesederhana apa pun pribadi seseorang yang sukses, ia berpeluang menjadi seorang pemimpin. Orang sukses seperti memiliki kharisma, sering menjadi sumber inspirasi, mampu memotivasi (langsung atau tidak langsung), dan sering emnjadi teladan bagi orang lain. Yang menarik, banyak orang sukses yang lahir bukan sebagai pemimpin, tapi ia sukses karena dirinya mampu memimpin orang lain.
ook guysssss

4 Kiat Untuk Tetap Termotivasi

Menjadi sukses adalah impian semua orang. Tentunya untuk itu diperlukan motivasi yang kuat untuk mengatasi tantangan untuk mencapai apa yang Anda inginkan. Motivasi ini harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Anda bisa saja membaca ratusan buku atau pergi ke puluhan seminar untuk memperoleh suntikan motivasi, namun hal yang sering terjadi adalah kenaikan emosi sesaat untuk berubah. Barangkali ini bertahan satu atau dua minggu dan setelah itu Anda merasa semuanya kembali menjadi biasa-biasa saja seperti kondisi yang lama. Pernahkah merasa begitu?
“Motivasi adalah pohon yang Anda siram dengan kedisiplinan diri”
Bagaimana caranya supaya Anda tetap termotivasi untuk bekerja mencapai tujuan yang diinginkan? Intinya motivasi adalah seni berkomunikasi dengan diri sendiri. Komunikasi ini melibatkan perasaan yang Anda rasakan melalui emosi yang muncul.

Lantas apa bedanya antara perasaan dan emosi?
Contohnya begini, jika Anda merasa bersalah maka emosi yang muncul bisa ketakutan dihakimi, ingin melarikan diri, dsb. Jika Anda merasa bahagia, emosinya bisa berupa keceriaan, kegembiraan, keinginan berbagi, dsb. Emosi timbul sebagai akibat dari perasaan yang terjadi didalam diri.
Jadi sebetulnya mudah untuk hidup termotivasi. Kuncinya adalah rasakan hal-hal yang membahagiakan dan bayangkan kesuksesan yang akan Anda raih. Saya jamin Anda akan termotivasi untuk bekerja.
Selain itu ada beberapa tips yang ingin saya berikan agar Anda bisa termotivasi kapanpun dan dimanapun:
1. Selalu konsisten
Kemudahan timbul dari kebiasaan. Motivasi pun sama. Ia memerlukan kedisiplinan sehingga Anda terbiasa hidup dengan motivasi. Ada ungkapan bagus yang mengatakan, “Sesuatu yang Anda ulangi tiap hari selama 21 hari akan menjadi kebiasaan”. Saya anjurkan Anda untuk mempraktekkannya. Mulai dengan hal yang sederhana seperti tersenyum dihadapan cermin, mengatakan “Yes” sebelum bekerja, dan banyak lagi.
2. Bertanggung jawab
Anda perlu seseorang yang bersedia mengingatkan Anda untuk tetap berada di tujuan. Ia bertugas memberikan dukungan dan menjadi mitra bertukar pikiran bagi ide dan gagasan yang Anda punya. Dari sini Anda akan merasa bertanggung jawab untuk memberikan yang terbaik baginya. Proses mencapai tujuan menjadi lebih mudah dengan hadirnya seseorang yang menjadi cermin diri Anda.
3. Kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang bervisi sama
Kalau Anda mau menurunkan berat badan, pastikan Anda bersama teman-teman yang mempunyai tujuan sama. Kalau Anda ingin membangun bisnis, bertemanlah dengan orang-orang yang sudah berkecimpung di dunia bisnis atau mereka yang mau memulai bisnis. Anda bisa memperoleh energi dan motivasi dari mereka. Akan sangat mudah untuk termotivasi ketika Anda memperoleh support. Apa yang Anda rasakan sebagai rintangan ketika bekerja sendiri bisa teratasi dengan bantuan dan dukungan teman-teman yang bervisi sama.
4. Fokus pada proses, bukan tujuan
Ini yang sangat penting. Seringkali Anda turun mental ketika dihadapkan pada kesulitan mencapai tujuan. Fokuslah pada proses. Setiap proses memerlukan waktu. Entah cepat, entah lambat. Tujuan Anda sudah jelas, namun perjalanan menuju kesana bisa berliku dan naik turun. Dengan fokus pada proses Anda terhindar dari beban mental karena sekarang Anda memegang kendali atas proses itu sendiri, bukan dikendalikan oleh target untuk mencapai tujuan.
Sekarang Anda lebih tahu bahwa motivasi merupakan kunci untuk meraih sukses. Yang Anda perlukan sekarang adalah kemauan kuat untuk menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Seperti apa kata pepatah “Ada kemauan ada jalan”. Selamat mengerjakan dan jangan lupa hargai diri Anda disetiap momen keberhasilan sekecil apapun itu.

ok Guysssss.....''07

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangunkesempatan untuk berhasil

Motivasi Hidup untuk Sebuah Kesuksesan



Tugas kita bukanlah untuk berhasil.
Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangunkesempatan untuk berhasil ( Mario Teguh )
Sepenggal kata mutiara dari Mario Teguh diatas, memberikan gambaran bahwa keberhasilan yang sebenarnya dapat diperoleh saat kita mencoba untuk menemukan keberhasilan tersebut. Karena dalam setiap proses kehidupan yang kita alami, selalu terdapat pembelajaran baru yang akan meningkatkan potensi diri kita.
Terkadang dalam menjalani hidup, tak jarang kita mengalamihttp://kursusbikinflanel.wordpress.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif kejenuhan, kegagalan, maupun kekecewaan yang dapat menyebabkan seseorang tidak memiliki semangat lagi untuk menjalani hidupnya. Rasa putus asa dan tidak memiliki harapan lagi, menjadi kebiasan buruk bagi orang yang mengalami kegagalan. Sebaiknya Anda mulai menyadari bahwa kebudayaan tersebut hanya akan menghancurkan diri Anda sendiri. Karena kegagalan yang Anda alami adalah hasil perbuatan Anda sendiri. Untuk itu Anda juga harus bertanggungjawab atas kegagalan yang Anda alami, dengan membangkitkan kembali motivasi hidup Anda.
Pembelajaran besar tentang motivasi dapat kita peroleh dari kisah Thomas Alfa Edison saat beliau berusaha menciptakan sebuah lampu pijar. Thomas Alfa Edison yang dulunya dianggap bodoh oleh gurunya hingga dikeluarkan dari sekolah, ternyata tidak menyerah dengan keadaannya saat itu. Tanpa pendidikan di sekolah, Thomas kecil tetap belajar secara otodidak di rumah dengan bantuan buku – buku serta laboratorium kecil yang sengaja dibuatkan oleh ibunya.
Dari sanalah beliau mulai melakukan percobaan untuk menciptakan lampu pijar. Beribu – ribu kegagalan beliau alami sebelum akhirnya pada percobaannya yang ke 9.999 beliau berhasil menciptakan lampu pijar yang benar – benar bisa menyala dengan terang. Saat ditanya tentang kegagalan yang dialaminya hingga ribuan kali, Ia hanya menjawab bahwa dirinya merasa tidak pernah gagal. Melainkan Ia baru saja menemukan ribuan cara baru, untuk membuat lampu tidak bisa menyala. Dia memandang ribuan kegagalan tersebut sebagai manfaat yang memberikan tambahan pengetahuan, khususnya mengenai cara agar lampu tidak dapat menyala.
Cara Thomas Alfa Edison menanggapi kegagalannya, dapat memberikan inspirasi bagi kita bahwa dibalik semua kegagalan tersimpan pembelajaran besar yang bermanfaat untuk diri kita. Bayangkan bila saat itu Thomas Alfa Edison menyerah pada percobaannya yang ke 9.998, mungkin sampai saat ini kita tidak akan mengenal adanya lampu pijar. Oleh karena itu ciptakan kekuatan untuk selalu memotivasi diri Anda, terus mencoba dan berproses. Karena dengan berproses, Anda baru saja menemukan cara baru untuk meraih kesuksesan Anda.
Semoga dengan kisah sukses Thomas Alfa Edison dapat memberikan inspirasi bagi Anda guna meningkatkan motivasi hidup untuk sebuah kesuksesan yang ingin Anda raih. Salam sukses.

Abu nawas 4

Abu Nawas yang minta tolong pada lalat.

Abu Nawas hanya tertunduk lesu dan sedih ketika mendengarkan penuturan istrinya.
Tadi pagi beberapa pekerja dari kerajaan telah membongkar rumahnya dan mereka terus menggali tanpa bisa dicegah lagi.
Mereka mengatakan bahwa tadi malam Baginda Raja bermimpi kalau di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata yang tak ternilai harganya.

Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata emas dan permata itu tidak ditemukan.
Baginda akhirnya meminta maaf kepada Abu Nawas dan bersedia mengganti kerugian.
Inilah yang membuat hati Abu Nawas sedih.

Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat untuk membalas Baginda.
Makanan yang dihidangkan istrinya tidak dimakan karena nafsu makannya lenyap.
Malam pun tiba, namun Abu Nawas tetap tidak beranjak dari tempat duduknya.

Keesokan harinya Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai menyerbu makanan Abu Nawas yang mulai basi.
Tiba-tiba Abu Nawas tertawa riang.

"Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi," kata Abu Nawas kepada istrinya.
"Untuk apa?" tanya istrinya.
"Membalas Baginda Raja." jawab Abu Nawas.

Dengan muka berseri-seri Abu Nawas berangkat menuju istana.
Setibanya di istana Abu Nawas membungkuk hormat dan berkata,
"Ampun Tuanku, hamba menghadap hanya untuk mengadukan perlakuan tamu-tamu yang tidak di undang.
Mereka memasuki rumah hamba tanpa ijin dari hamba dan berani memakan makanan hamba," kata Abu nawas mengadu.

"Siapakah tamu-tamu yang tidak diundang itu wahai Abu Nawas?" tanya Baginda.
"Lalat-lalat ini, Tuanku," jawab Abu Nawas.
"Kepada siapa lagi kalau bukan kepada Baginda, hamba mengadukan perlakuan yang tidak adil ini." jelas ABu Nawas.

"Lalu keadilan yang bagaimana yang engkau inginkan?"
"Hamba hanya menginginkan ijin tertulis dari Baginda sendiri agar hamba bisa dengan leluasa menghukum lalat-lalat itu."

Baginda Raja tidak bisa menolak permintaan Abu Nawas karena pada sat itu para menteri sedang berkumpul di istana.
Maka dengan sangat terpaksa Baginda membuat surat ijin yang isinya memperkenankan Abu Nawas memukul lalat-lalat itu dimana pun mereka hinggap.

Tanpa menunggu perintah, Abu Nawas mulai mengusir lalat-lalat di piringnya hingga mereka terbang dan hinggap di sana sini.
Dengan tongkat besi yang sudah dibawanya sejak tadi, Abu nawas mulai mengejar dan memukuli lalat-lalat itu, bahkan di kaca.

Abu Nawas dengan leluasa memukul kaca itu hingga hancur, kemudian vas bunga yang indah, kemudian patung hias sehingga sebagian dari istana dan perabotannya remuk diterjang tongkat besi Abu Nawas.
Bahkan Abu Nawas tidak merasa malu memukul lalat yang hinggap di tempayan Baginda Raja.

Baginda Raja tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menyadari kekeliruan yang telah dilakukan terhadap Abu Nawas dan keluarganya.
Dan setelah merasa puas, Abu Nawas mohon diri.

Barang-barag kesayangan Baginda banyak yang hancur dan bukan itu saja, Baginda juga menanggung rasa malu.
Abu Nawas pulang dengan perasaan lega.
Istrinya pasti sedang menunggu di rumah untuk mendengarkan cerita apa saja yang dibawa dari istana.

Pelajaran yang bisa kita petik dari kisah Abu Nawas kali ini adalah bahwa kita harus selalu minta ijin jika bertamu ke rumah orang.
Jangan main selonong saja dan jangan mentang-mentang memiliki kekuasaan yang tinggi.

abunawas 3




lembu-abu-nawas
Pada suatu hari, Sultan Harun al-Rasyid memanggil Abu Nawas menghadap ke Istana. Kali ini Sultan ingin menguji kecerdikan Abu Nawas. Sesampainya di hadapan Sultan, Abu Nawaspun menyembah. Dan Sultan bertitah, “Hai, Abu Nawas, aku menginginkan enam ekor lembu berjenggot yang pandai bicara, bisakah engkau mendatangkan mereka dalam waktu seminggu? Kalau gagal, akan aku penggal lehermu.
“Baiklah, tuanku Syah Alam, hamba junjung tinggi titah tuanku.”
Semua punggawa istana yang hadir pada saat itu, berkata dalam hati, “Mampuslah kau Abu Nawas!”
Abu Nawas bermohon diri dan pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah, ia duduk berdiam diri merenungkan keinginan Sultan. Seharian ia tidak keluar rumah, sehingga membuat tetangga heran. Ia baru keluar rumah persis setelah seminggu kemudian, yaitu batas waktu yang diberikan Sultan kepadanya.
Ia segera menuju kerumunan  orang banyak, lalu ujarnya, “Hai orang-orang muda, hari ini hari apa?”
Orang-orang yang menjawab benar akan dia lepaskan, tetapi orang-orang yang menjawab salah, akan ia tahan. Dan ternyata, tidak ada seorangpun yang menjawab dengan benar. Tak ayal, Abu Nawas pun marah-marah kepada mereka, “Begitu saja kok anggak bisa menjawab. Kalau begitu, mari kita menghadap Sultan Harun Al-Rasyid, untuk mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya.”
Keesokan harinya, balairung istana Baghdad dipenuhi warga masyarakat yang ingin tahu kesanggupan Abu Nawas mambawa enam ekor Lembu berjenggot.
Sampai di depan Sultan Harun Al-Rasyid, ia pun menghaturkan sembah dan duduk dengan khidmat. Lalu, Sultan berkata, “Hai Abu Nawas, mana lembu berjenggot yang pandai bicara itu?”
Tanpa banyak bicara, Abu Nawas pun menunjuk keenam orang yang dibawanya itu, “Inilah mereka, tuanku Syah Alam.”
“Hai, Abu Nawas, apa yang kau tunjukkan kepadaku itu?”
“Ya, tuanku Syah Alam, tanyalah pada mereka hari apa sekarang,” jawab Abu Nawas.
Ketika Sultan bertanya, ternyata orang-orang itu memberikan jawaban berbeda-beda. Maka berujarlah Abu Nawas, “Jika mereka manusia, tentunya tahu hari ini hari apa. Apalagi jika tuanku menanyakan hari yang lain, akan tambah pusinglah mereka. Manusia atau hewan kah mereka ini? “Inilah lembu berjenggot yang pandai bicara itu, Tuanku.”
Sultan heran melihat Abu Nawas pandai melepaskan diri dari ancaman hukuman. Maka Sultan pun memberikan hadiah 5.000 dinar kepada Abu Nawas.
v

Abu nawas 2

Abunawas akan di sembelih

Hari itu Abu Nawas sengaja menghabiskan waktunya berkeliling kampung, pinggiran Kota Baghdad. Ia baru pulang saat menjelang maghrib. Ketika lewat Kampung Badui (orang gurun) ia bertemu dengan beberapa orang yang sedang memasak bubur. Suasananya ramai, bahkan riuh rendah. Tanpa disadari ia di tangkap oleh orang-orang itu dan dibawa ke rumah mereka untuk disembelih.
“Mengapa aku ditangkap?” tanya Abu Nawas.
“Hai, orang muda, kata salah seorang diantaranya sambil menunjuk ke belanga yang airnya sedang mendidih, “Setiap orang yang lewat di sini pasti kami tangkap, kami sembelih seperti kambing, dan dimasukkan ke belanga bersama adonan tepung itu. Inilah pekerjaan kami dan itulah makanan kami sehari-hari.”
Meski ketakutan Abu Nawas masih berpikir jernih, katanya, “Lihat saja, badanku kurus, jadi dagingku tidak seberapa, kalau kau mau besok aku bawakan temanku yang badannya gemuk, bisa kau makan untuk lima hari. Aku janji, maka tolong lepaskan aku.”
“Baiklah, bawalah orang itu kemari,” jawab si Badui.
“Besok waktu maghrib orang itu pasti kubawa kemari,” kata Abu Nawas lagi. Setelah saling bersalaman sebagai tanda janji, Abu Nawas pun di lepas.
Di sepanjang jalan menuju rumahnya, Abu Nawas berpikir keras, “Sultan itu kerjanya seharian hanya duduk-duduk sehingga tidak tahu keadaan rakyat yang sebenarnya. Banyak orang jahat berbuat keji, menyembelih orang seperti kambing, tidak sampai ke telinga Sultan. Aneh, kalau begitu. Biar kubawa Sultan ke kampung Badui, dan kuserahkan kepada tukang bubur itu.”
Lantas Abu Nawas masuk ke istana dan menghadap Sultan. Setelah memberi hormat dengan membungkukkan badan, ia berkata, ya tuanku, Syah Alam, jika tuanku ingin melihat tempat yang sangat ramai, bolehlah hamba mengantar kesana. Di sana ada pertunjukan yang banyak dikunjungi orang.”
“Kapan pertunjukan itu dimulai?” tanya sang Sultan.
“Lepas waktu ashar, tuanku,” jawab Abu Nawas.
“Baiklah.”
Abu Nawas pamit pulang, esok sore Abu Nawas siap menemani Sultan ke kampung Badui. Sesampainya di rumah penjual bubur, baginda mendengar suara ramai yang aneh baginya.
“Bunyi apakah itu, kok ramai sekali?” tanya baginda sambil menunjuk sebuah rumah.
“Ya tuanku, hamba juga tidak tahu, maka izinkanlah hamba menengok ke rumah itu, sebaiknya tuan menunggu di sini dulu.” Kata Abu Nawas.
Sesampainya di rumah itu Abu Nawas melapor kepada si pemilik rumah bahwa ia telah memenuhi janjinya membawa seseorang yang berbadan gemuk. “Ia sekarang berada di luar dan akan aku serahkan kepadamu.” Ia kemudian keluar bersama si pemilik rumah menemui Sultan.
“Bunyi apa yang riuh rendah itu?” tanya Sultan.
“Rumah itu tempat orang berjualan bubur, mungkin rasanya sangat lezat sehingga larisnya bukan main dan pembelinya sangat banyak. Mereka saling tidak sabar sehingga riuh rendah bunyinya,” kata Abu Nawas.
Sementara itu si pemilik rumah tadi tanpa banyak cingcong segera menangkap Sultan dang membawanya ke dalam rumah. Abu Nawas juga segera angkat kaki seribu. Dalam hati ia berpikir, “Jika Sultan itu pintar, niscaya ia bisa membebaskan diri. Tapi kalau bodoh, matilah ia disembelih orang jahat itu.”
http://www.sufiz.com/wp-content/uploads/2010/10/peci.jpgAkan halnya baginda Sultan, ia tidak menyangka akan dipotong lehernya. Dengan nada ketakutan Sultan berkata, “Jika membuat bubur, dagingku tidak banyak, karena dagingku banyak lemaknya, lebih baik aku membuat peci. Sehari aku bisa membuat dua buah peci yang harganya pasti jauh lebih besar dari harga buburmu itu?” Seringgit” jawab orang itu.
“Seringgit?” tanya Sultan. “Hanya seringgit? Jadi kalau aku kamu sembelih, kamu hanya dapat uang seringgit? Padahal kalau aku membuat kopiah, engkau akan mendapat uang dua ringgit, lebih dari cukup untuk memberi makan anak-istrimu.”
Demi mendengar kata-kata Sultan seperti itu, dilepaskannya tangan Sultan, dan tidak jadi disembelih.
***
Sementara itu Kota Bagdad menjadi gempar karena Sultan sudah beberapa hari tidak muncul di Balairung. Sultan hilang, seluruh warga digerakkan untuk mencari Sultan ke segenap penjuru negeri. Setelah hampir sebulan, orang mendapat kabar bahwa Sultan Harun Al-Rasyid ada di kampung Badui penjual bubur. Setiap hari kerjanya membuat Peci dan si penjualnya mendapat banyak untung.
Terkuaknya misteri hilangnya Sultan itu adalah berkat sebuah peci mewah yang dihiasi dengan bunga , di dalam bunga itu menyusun huruf sedemikian rupa sehingga menjadi surat singkat berisi pesan: “Hai menteriku, belilah kopiah ini berapapun harganya, malam nanti datanglah ke kampung Badui penjual bubur, aku dipenjara di situ, bawalah pengawal secukupnya.” Peci itu kemudian diberikan kepada tukang bubur dan agar dijual kepada menteri laksamana, karena kopiah ini pakaian manteri.”Harganya sepuluh ringgit, niscaya dibeli oleh menteri itu,” pesannya.
Tukang bubur itu sangat senang hatinya, maka segeralah ia pergi kerumah menteri tersebut. Pak menteri juga langsung terpikat hatinya begitu melihat peci yang ditawarkan itu, memang bagus buatannya, apalagi dihiasi dengan bunga diatasnya. Namun ia kaget begitu mendengar harganya sepuluh ringgit, tidak boleh kurang. Dan ketika matanya menatap bunga itu tampaklah susunan huruf. Setelah dia baca, mengertilah dia maksud kopiah itu dan segera dibayarnya.
Malamnya menteri dengan pengawal dan seluruh rakyat mendatangi kampung Badui dan segera membebaskan Sultan dan membawanya ke Istana. sedangkan penghuni kampung Badui itu, atas perintah Sultan, dibunuh semuanya karena perbuatannya terlalu jahat.
Keesokan harinya Sultan memerintahkan menangkap Abu Nawas dan akan menghukumnya karena telah mempermalukan Baginda Sultan. Ketika itu Abu Nawas sedang shalat duhur. Setelah salam iapun ditangkap beramai-ramai oleh para menteri yang diutus kesana dan membawanya pergi ke hadapan sultan.
Begitu melihat Abu Nawas, wajah Sultan berubah garang, matanya menyala seperti bara api, beliau marah besar. Dengan mulut mnyeringai beliau berkata, “Hai, Abu Nawas, kamu benar-benar telah mempermalukan aku, perbuatanmu sungguh tidak pantas, dan kamu harus dibunuh.
Maka, Abu Nawas pun menghormat. “Ya tuanku, Syah Alam, sebelum tuanku menjatuhkan hukuman, perkenankan hamba menyampaikan beberapa hal.”
“Baiklah” kata Sultan, “Tetapi kalau ucapanmu salah, niscaya aku bunuh hari ini juga kamu.”
“Ya Tuanku Syah Alam, alasan hamba menyerahkan paduka kepada si penjual bubur itu adalah ingin menunjukkan kenyataan di dalam masyarakat negeri ini kepada paduka. Karena hamba tidak yakin paduka akan percaya dengan laporan hamba. Padahal semua kejadian yang berlaku di dalam negeri ini adalah tanggung jawab baginda kepada Allah kelak. Raja yang adil sebaiknya mengetahui semua perbuatan rakyatnya, untuk itu setiap Raja hendaknya berjalan-jalan menyaksikan hal ihwal mereka itu. Demikianlah tuanku, jika perkataan hamba ini salah, hukumlah hamba, tetapi bila hukuman itu dilaksanakan juga hamba tidak ikhlas, sehingga dosanya menjadi tanggung jawab tuanku di dalam neraka.”
Setelah mendengar ucapan Abu Nawas, hilanglah amarah baginda. Dalam hati beliau membenarkan seluruh ucapan Abu Nawas itu.
“Baiklah, kuampuni kamu atas segala perbuatanmu, dan jangan melakukan perbuatan seperti itu lagi kepadaku.”
Maka, Abu Nawas pun menghaturkan hormat serta mohon diri pulang ke rumah.

Abu nawas

  • Tetap bias cari sulosi

Mimpi buruk yang dialami Baginda Raja Harun Al Rasyid tadi malam 
menyebabkan Abu Nawas diusir dari negeri Baghdad. Abu Nawas tidak berdaya. 
Bagaimana pun ia harus segera menyingkir meninggalkan negeri Baghdad hanya 
karena mimpi. Masih jelas terngiang-ngiang kata-kata Baginda Raja di telinga 
Abu Nawas.
"Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua. la 
mengenakan jubah putih. la berkata bahwa negerinya akan ditimpa bencana 
bila orang yang bernama Abu Nawas masih tetap tinggal di negeri ini. la harus 
diusir dari negeri ini sebab orang itu membawa kesialan. ia boleh kembali ke 
negerinya dengan sarat tidak boleh dengan berjalan kaki, berlari, merangkak, 
melompat-lompat dan menunggang keledai atau binatang tunggangan yang 
lain."

  • Pintu akhirat

Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak.
Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah. Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ, la bertanya kepada ulama itu.
"Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?" Ulama itu berpikir sejenak kemudian ia berkata,
"Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. la juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. la merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilirigi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah

  • Hadiah bagi tebakan jitu

Baginda Raja Harun Al Rasyid kelihatan murung. Semua menterinya tidak ada yang sanggup menemukan jawaban dari dua pertanyaan Baginda. Bahkan para 
penasihat kerajaan pun merasa tidak mampu memberi penjelasan yang memuaskan Baginda. Padahal Baginda sendiri ingin mengetahui jawaban yang sebenarnya.
Mungkin karena amat penasaran, para penasihat Baginda menyarankan agar Abu Nawas saja yang memecahkan dua teka-teki yang membingungkan itu. Tidak begitu lama Abu Nawas dihadapkan. Baginda mengatakan bahwa akhirakhir ini ia sulit tidur karena diganggu oleh keingintahuan menyingkap dua rahasia alam.
"Tuanku yang mulia, sebenarnya rahasia alam yang manakah yang Paduka maksudkan?" tanya Abu Nawas ingin tahu.
"Aku memanggilmu untuk menemukan jawaban dari dua teka-teki yang selama ini menggoda pikiranku." kata Baginda.
"Bolehkah hamba mengetahui kedua teka-teki itu wahai Paduka junjungan hamba."
"Yang pertama, di manakah sebenarnya batas jagat raya ciptaan Tuhan kita?" tanya Baginda



  • Ibu sejati

Kisah ini mirip dengan kejadian pada masa Nabi Sulaiman ketika masih muda.
Entah sudah berapa hari kasus seorang bayi yang diakui oleh dua orang ibu yang sama-sama ingin memiliki anak. Hakim rupanya mengalami kesulitan memutuskan dan menentukan perempuan yang mana sebenarnya yang menjadi ibu bayi itu.
Karena kasus berlarut-larut, maka terpaksa hakim menghadap Baginda Raja untuk minta bantuan. Baginda pun turun tangan. Baginda memakai taktik rayuan. Baginda berpendapat mungkin dengan cara-cara yang amat halus salah satu, wanita itu ada yang mau mengalah. Tetapi kebijaksanaan Baginda Raja 
Harun Al Rasyid justru membuat kedua perempuan makin mati-matian saling mengaku bahwa bayi itu adalah anaknya. Baginda berputus asa.
Mengingat tak ada cara-cara lain lagi yang bisa diterapkan Baginda memanggil Abu Nawas. Abu Nawas hadir menggantikan hakim. Abu Nawas tidak mau menjatuhkan putusan pada hari itu melainkan menunda sampai hari berikutnya. Semua yang hadir yakin Abu Nawas pasti sedang mencari akal seperti yang biasa dilakukan. Padahal penundaan itu hanya disebabkan algojo tidak ada di tempat. 

Botol ajaib
Tidak ada henti-hentinya. Tidak ada kapok-kapoknya, Baginda selalu memanggil Abu Nawas untuk dijebak dengan berbagai pertanyaan atau tugas yang aneh-aneh. Hari ini Abu Nawas juga dipanggil ke istana.
Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman.
"Akhir-akhir ini aku sering mendapat gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku kena serangan angin." kata Baginda Raja memulai pembicaraan.
"Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil." tanya Abu Nawas.
"Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya." kata Baginda.
Abu Nawas hanya diam. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. la tidak memikirkan bagaimana cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin.

  • Pekerjaan yang mustahil

Baginda baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik. Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar. Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.
Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda,
"Sanggupkah engkau memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku?" tanya Baginda.
Abu Nawas tidak langsung menjawab. la berpikir sejenak hingga keningnya berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum.
Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada satu lagi permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu sebulan.

  • Mengecoh monyet

Abu Nawas sedang berjalan-jalan santai. Ada kerumunan masa. Abu Nawas bertanya kepada seorang kawan yang kebetulan berjumpa di tengah jalan.
"Ada kerumunan apa di sana?" tanya Abu Nawas.
"Pertunjukkan keliling yang melibatkan monyet ajaib."
"Apa maksudmu dengan monyet ajaib?" kata Abu Nawas ingin tahu.
"Monyet yang bisa mengerti bahasa manusia, dan yang lebih menakjubkan adalah monyet itu hanya mau tunduk kepada pemiliknya saja." kata kawan Abu Nawas menambahkan.
Abu Nawas makin tertarik. la tidak tahan untuk menyaksikan kecerdikan dan keajaiban binatang raksasa itu.
Kini Abu Nawas sudah berada di tengah kerumunan para penonton. Karena begitu banyak penonton yang menyaksikan pertunjukkan itu, sang pemilik monyet dengan bangga menawarkan hadiah yang cukup besar bagi siapa saja yang sanggup membuat monyet itu mengangguk-angguk.


  • Debat kusir tentang ayam

Melihat ayam betinanya bertelur, Baginda tersenyum. Beliau memanggil pengawal agar mengumumkan kepada rakyat bahwa kerajaan mengadakan sayembara untuk umum. Sayembara itu berupa pertanyaan yang mudah tetapi memerlukan jawaban yang tepat dan masuk akal. Barangsiapa yang bisa menjawab pertanyaan itu akan mendapat imbalan yang amat menggiurkan. Satu pundi penuh uang emas. Tetapi bila tidak bisa menjawab maka hukuman yang menjadi akibatnya.
Banyak rakyat yang ingin mengikuti sayembara itu terutama orang-orang miskin. Beberapa dari mereka sampai meneteskan air liur. Mengingat beratnya hukuman yang akan dijatuhkan maka tak mengherankan bila pesertanya hanya empat orang. Dan salah satu dari para peserta yang amat sedikit itu adalah Abu Nawas.
Aturan main sayembara itu ada dua. Pertama, jawaban harus masuk akal. Kedua, peserta harus mampu menjawab sanggahan dari Baginda sendiri.
Pada hari yang telah ditetapkan para peserta sudah siap di depan panggung. Baginda duduk di atas panggung. Beliau memanggil peserta pertama. Peserta pertama maju dengan tubuh gemetar. Baginda bertanya,
"Manakah yang lebih dahulu, telur atau ayam?" "Telur." jawab peserta pertama.
"Apa alasannya?" tanya Baginda. 


  • Mengecoh raja

Sejak peristiwa penghancuran barang-barang di istana oleh Abu Nawas yang dilegalisir oleh Baginda, sejak saat itu pula Baginda ingin menangkap Abu Nawas untuk dijebloskan ke penjara.
Sudah menjadi hukum bagi siapa saja yang tidak sanggup melaksanakan titah Baginda, maka tak disangsikan lagi ia akan mendapat hukuman. Baginda tahu
Abu Nawas amat takut kepada beruang. Suatu hari Baginda memerintahkan prajuritnya menjemput Abu Nawas agar bergabung dengan rombongan Baginda Raja Harun Al Rasyid berburu beruang. Abu Nawas merasa takut dan gemetar tetapi ia tidak berani menolak perintah Baginda.
Dalam perjalanan menuju ke hutan, tiba-tiba cuaca yang cerah berubah menjadi mendung. Baginda memanggil Abu Nawas. Dengan penuh rasa hormat Abu Nawas mendekati Baginda.
"Tahukah mengapa engkau aku panggil?" tanya Baginda tanpa sedikit pun senyum di wajahnya.
"Ampun Tuanku, hamba belum tahu." kata Abu Nawas.

  • Membalas perbuatan raja

Abu Nawas hanya tertunduk sedih mendengarkan penuturan istrinya. Tadi pagi
beberapa pekerja kerajaan atas titan langsung Baginda Raja membongkar
rumah dan terus menggali tanpa bisa dicegah. Kata mereka tadi malam Baginda
bermimpi bahwa di bawah rumah Abu Nawas terpendam emas dan permata
yang tak ternilai harganya. Tetapi setelah mereka terus menggali ternyata
emas dan permata itu tidak ditemukan. Dan Baginda juga tidak meminta maaf
kepada Abu Nawas. Apabila mengganti kerugian. inilah yang membuat Abu
Nawas memendam dendam.
Lama Abu Nawas memeras otak, namun belum juga ia menemukan muslihat
untuk membalas Baginda. Makanan yang dihidangkan oleh istrinya tidak
dimakan karena nafsu makannya lenyap. Malam pun tiba, namun Abu Nawas
tetap tidak beranjak. Keesokan hari Abu Nawas melihat lalat-lalat mulai
menyerbu makanan Abu Nawas yang sudah basi. la tiba-tiba tertawa riang.
“Tolong ambilkan kain penutup untuk makananku dan sebatang besi.” Abu
Nawas berkata kepada istrinya.