Selamat datang di blog saya, semoga anda terhibur

kota raja tenggarong yang indah yg penuh dgn kekayaan sejarah na


Welcome Kota Raja

Alam yg sanngat indah, sejuk na dan indah na kota raja (tenggarong). Pagi jam 11:00 saya berangkat dr samarinda menuju tenggarong, walau ad rasa kesal, jengkel, sakit hati, gara’’ pacar saya ga bias ikut, padahal janji na mau nemani k’tenggarong.
Tapi Alhamdulillah sampe jg d’kota yg penuh sejarah ini walau dgn hati kesal. Pertama’’ saya k’samsat tenggarong untuk memperpanjang STNK motor saya yang jatuh pada blan dpnsaya perpanjang cepat karena beberapa hari lg ssya mau plang k’banjar. Setelah sampe samsat, ternyata ktp yg punya motor dc mati, untung bapak polisi na baek’’. Jd saya bsa memperpanjang tpe ada syarat na, ad uang lebih na untuk kasih bapak polisi na, tapi ga papa lh yg penting selesae.
Ntar jam 3 sore d’ambil yc STNK na,blng pak polisi. Ok blng saya. Kebetulan saya mau liat’’ mesium mulawarman jg. Akhir na saya langsung menuju mesium wlau ga tao ne sebenar na tempat na. ternyata memeng benar blang org’’ malu bertanya sesat d’jalan, memang sesat saya, jauh bgt lg. sampe d’atas gunung yg tinggi meniju kota bangun saya lihat dr kejauhan terlihat jembatan Mahakam. Baru saya nyadar klo tersesat. Akhir na saya balik arah, ternyata kembali lg kejalan semula.
Ternyata lapar jg ne perut, akhir na saya cari makan, dapat lh makanan d’seputaran tepian. Saya pesan lalapan, disana lh saya berbincang’’ dgn yang punya warung makan…. Dia kasih tao jalan  menuju mesium. Sampai akhir na saya sampe k’mesium jg. Dengan bayar Rp 2.000 untuk uang parker dan  rp 2.500 saya sudah bias liat’’ mesium. Banyak bgt dsana peninggalan kerrajaan kutai kertanegara….keren’’ coy. Dr abad k’13 kaya na semua lengkap.
Disana saya berbincang’’ sama satpam na dia blang masih banyk peninggalan bersejarah lain nay g masih belum terpajang. Maka dr itu pemkot dr dinas kebudayaan tenggarong biki gedung lg, blang na untuk kantor dinas kebudayaan sama mesium untuk majang’’ lg. blang na lg klo mesium to cma separu aja yg dpajang berarti masih banyk yg belum terpajang. Jd belum liat yg separu na dc……
Disana saya menuju makam na raja/ sultan kerajaan tenggarong, dsana saya bacakn patihah empat dan saya hdiah kn untuk sultan abad k’17 sama k’18 cz saya lupa nama na…..panjang bgt. Terlebih saya bukan org kutai jg kurang tau, saya org banjar.
Sesudah dr sana ga terasa hamper jam 3 sore maklum saking assik na baca’’ peningalan kutai kertanegara itu sya lupa waktu. Lalu saya bergegas naik motor menuju samsat tenggarong.
Sesampai na dsna ternnyata samsat na sudah tutup, kacau ini bilang saya masa saya besok balik lg k’tenggarong. Saya coba beranikan diri masuk sana ternyata bpk polisi na msh dsana, Alhamdulillah. Lalu saya berterima kasih pd pak polisi krna dc nunngu saya.
Sehabis dr sana saya mampir lh ketepian tenggarong yg indah n damai dan saya tulis lh artikel ini d’tepian pnggarong, kbetulan d’blakang sya orang ada yang rakit patung lembus wana, gedi bgt coy…
Dsamping saya jg terdengar musik’’ yg mengiringi dan menbantu saya untuk lbh semangat menulis  artikel ini.
Pating lembus ini d’datang kn dr bantul blang nay g terbuat dr tembaga senilai kurang lbh 6M.
Ini masih tahap penyelesaian.
I like kota raja, saya bangga bias jln’’ k’tmpat kerajaan tertua d’nusantara ini. Wlau berangkat na td hati saya kesal bgt. Terus lg maju kota raja saya selalu mendukung mu.
Dan akhir na saya sudahi saja artikel ini karna saya mau plang k’samarinda ntar kmlaman coz ad janji jg sama yanuar n aly…..


By

Agung shinaga p

Tenggarong 12/6/2010 15:00

abu nawas demo tuan kadi

Abu nawas mendemo tuan kadi

Pada suatu sore, ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya. Ada dua orang tamu datang ke rumahnya. Yang seorang adalah wanita tua penjual kahwa, sedang satunya lagi adalah seorang pemuda berkebangsaan Mesir. 

Wanita tua itu berkata beberapa patah kata kemudian diteruskan dengan si pemuda Mesir. Setelah mendengar pengaduan mereka, Abu Nawas menyuruh murid-muridnya menutup kitab mereka.

"Sekarang pulanglah kalian. Ajak teman-teman kalian datang kepadaku pada malam hari ini sambil membawa cangkul, penggali, kapak dan martil serta batu."

Murid-murid Abu Nawas merasa heran, namun mereka begitu patuh kepada Abu
Nawas. Dan mereka merasa yakin gurunya selalu berada membuat kejutan dan berada di pihak yang benar.

Pada malam harinya mereka datang ke rumah Abu Nawas dengan membawa peralatan yang diminta oleh Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,"Hai kalian semua! Pergilah malam hari ini untuk merusak Rumah Tuan Kadi yang baru jadi."

"Hah? Merusak rumah Tuan Kadi?" gumam semua muridnya keheranan.

"Apa? Kalian jangan ragu. Laksanakan saja perintah gurumu ini!" kata Abu Nawas menghapus keraguan murid-muridnya. Barangsiapa yang mencegahmu, jangan kau perdulikan, terus pecahkan saja rumah Tuan Kadi yang baru. Siapa yang bertanya, katakan saja aku yang menyuruh merusak. Barangsiapa yang hendak melempar kalian, maka pukullah mereka dan lemparilah dengan batu." 

Habis berkata demikian, murid-murid Abu Nawas bergerak ke arah Rumah Tuan Kadi. Laksana demonstran mereka berteriak-teriak menghancurkan rumah Tuan Kadi.


Orang-orang kampung merasa heran melihat kelakukan mereka. Lebih-lebih ketika tanpa basa-basi lagi mereka langsung merusak rumah Tua Kadi. Orang-orang kampung itu berusaha mencegah perbuatan mereka, namun karena jumlah murid-murid Abu Nawas terlalu banyak maka orang-orang kampung tak berani mencegah. 

Melihat banyak orang merusak rumahnya, Tuan Kadi segera keluar dan bertanya,"Siapa yang menyuruh kalian merusak rumahku?"



Murid-murid itu menjawab,"Guru kami Tuan Abu Nawas yang menyuruh kami!"

Habis menjawab begitu mereka bukannya berhenti malah terus menghancurkan rumah Tuan Kadi hingga rumah itu roboh dan rata dengan tanah.

Tuan Kadi hanya bisa marah-marah karena tidak orang yang berani membelanya "Dasar Abu Nawas provokator, orang gila! Besok pagi aku akan melaporkannya kepada Baginda."

Benar, esok harinya Tuan Kadi mengadukan kejadian semalam sehingga Abu Nawas dipanggil menghadap Baginda.

Setelah Abu Nawas menghadap Baginda, ia ditanya. "Hai Abu Nawas apa sebabnya kau merusak rumah Kadi itu"

Abu Nawas menjawab,"Wahai Tuanku, sebabnya ialah pada suatu malam hamba bermimpi, bahwasanya Tuan Kadi menyuruh hamba merusak rumahnya. Sebab rumah itu tidak cocok baginya, ia menginginkan rumah yang lebih bagus lagi.Ya, karena mimpi itu maka hamba merusak rumah Tuan Kadi."

Baginda berkata," Hai Abu Nawas, bolehkah hanya karena mimpi sebuah perintah dilakukan? Hukum dari negeri mana yang kau pakai itu?"

Dengan tenang Abu Nawas menjawab,"Hamba juga memakai hukum Tuan Kadi
yang baru ini Tuanku."

Mendengar perkataan Abu Nawas seketika wajah Tuan Kadi menjadi pucat. la terdiam seribu bahasa.

"Hai Kadi benarkah kau mempunyai hukum seperti itu?" tanya Baginda.

Tapi Tuan Kadi tiada menjawab, wajahnya nampak pucat, tubuhnya gemetaran karena takut.

"Abu Nawas! Jangan membuatku pusing! Jelaskan kenapa ada peristiwa seperti ini !" perintah Baginda.

"Baiklah ...... "Abu Nawas tetap tenang. "Baginda.... beberapa hari yang lalu ada seorang pemuda Mesir datang ke negeri Baghdad ini untuk berdagang sambil membawa harta yang banyak sekali. Pada suatu malam ia bermimpi kawin dengan anak Tuan Kadi dengan mahar (mas kawin) sekian banyak. Ini hanya mimpi Baginda. Tetapi Tuan Kadi yang mendengar kabar itu langsung mendatangi si pemuda Mesir dan meminta mahar anaknya. Tentu saja pemuda Mesir itu tak mau membayar mahar hanya karena mimpi. Nah, di sinilah terlihat arogansi Tuan Kadi, ia ternyata merampas semua harta benda milik pemuda Mesir sehingga pemuda itu menjadi seorang pengemis gelandangan dan akhirnya ditolong oleh wanita tua penjual kahwa."

Baginda terkejut mendengar penuturan Abu Nawas, tapi masih belum percaya seratus persen, maka ia memerintahkan Abu Nawas agar memanggil si pemuda Mesir. Pemuda Mesir itu memang sengaja disuruh Abu Nawas menunggu di depan istana, jadi mudah saja bagi Abu Nawas memanggil pemuda itu ke hadapan Baginda.

Berkata Baginda Raja,"Hai anak Mesir ceritakanlah hal-ihwal dirimu sejak engkau datang ke negeri ini."

Ternyata cerita pemuda Mesir itu sama dengan cerita Abu Nawas. Bahkan pemuda itu juga membawa saksi yaitu Pak Tua pemilik tempat kost dia menginap.

"Kurang ajar! Ternyata aku telah mengangkat seorang Kadi yang bejad moralnya."

Baginda sangat murka. Kadi yang baru itu dipecat dan seluruh harta bendanya dirampas dan diberikan kepada si pemuda Mesir.

Setelah perkara selesai, kembalilah si pemuda Mesir itu dengan Abu Nawas pulang ke rumahnya. Pemuda Mesir itu hendak membalas kebaikan Abu Nawas.

Berkata Abu Nawas,"Janganlah engkau memberiku barang sesuatupun kepadaku. Aku tidak akan menerimanya sedikitpun jua." 

Pemuda Mesir itu betul-betul mengagumi Abu Nawas. Ketika ia kembali ke negeri Mesir ia menceritakan tentang kehebatan Abu Nawas itu kepada penduduk Mesir sehingga nama Abu Nawas menjadi sangat terkenal.