Kawanan perompak Somalia acap kali diberitakan oleh media cetak dan elektronik di seluruh dunia atas aksi mereka melakukan pembajakan kapal dagang dan kapal tanker. Perbuatan mereka sudah sangat meresahkan dan membuat gerah para pemimpin dunia
Wilayah Teluk Aden merupakan salah satu jalur transportasi yang terpadat di dunia. Menurut catatan Lembaga Perdagangan Maritim Dunia yang berpusat di Singapura, tidak kurang dari 20.000 kapal dalam berbagai bobot setiap tahun lewat teluk itu. Sebelum marak perompakan semenjak tahun 2003, aksi pemerasan terhadap kapal yang lewat jalur itu memang kerap dilakukan.
Sejak 1991, Somalia yang terletak di Semenanjung Afrika ini memang tidak memiliki kekuatan pemerintahan yang efektif dan berwibawa. Akibatnya secara tidak langsung, memicu munculnya kelompok kelompok kriminal bersenjata, termasuk para perompak yang beroperasi di laut bebas.
Merasa tidak ada yang mengusik, aksi kriminal itu menjadi lebih liar, buas, kasar, dan brutal. Para perompak bahkan berani melawan penegak hukum secara terang-terangan.
Usaha penumpasan oleh pemerintah terhadap aktivitas bajak laut itu sebenarnya sudah banyak dilakukan. Namun keberhasilannya seperti tidak berbekas. Mengapa? Selain mereka sudah menguasai daerah, juga salah satunya adalah perompak Somalia mempunyai persenjataan lengkap dan memiliki pengalaman perang lebih dari 20 tahun di negaranya.
Rata-rata mereka masih berusia relatif muda. Namun, lantaran kian sulit mencari ikan di laut dan susah mendapat kerja di darat, para nelayan asal Somalia tersebut akhirnya nekad menyambung hidup dengan menjadi perompak.
Mereka tak lagi membawa jala dan tombak, melainkan memanggul senapan mesin dan peluncur roket. Tangkapan yang didapat bukan lagi ikan, melainkan manusia-manusia berikut kapal tanker atau kargo yang mereka kendalikan demi mendapat uang tebusan.
Canggihnya senjata perompak wajar saja karena mereka memiliki uang jutaan dolar untuk belanja senjata dari hasil rompakan. Dalam keadaan terjepit, bila mendapat serangan dari pemerintah, mereka selalu menggunakan tameng hidup penduduk.
Menurut tentara Nato, Letnan Alexander Fernandes, serangan bajak laut sering dilakukan pada malam hari dengan bantuan cahaya bulan.
Hingga saat ini sudah ada dua belas negara yang turut serta dalam operasi pemberantasan bajak laut di Teluk Aden. Mereka di antaranya, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman, Turki, Rusia, dan Cina. Mereka mengirimkan berbagai jenis kapal ringan bersama pasukan komando marinirnya.
Sejumlah data yang dikumpulkan dari Biro Pelayaran antarnegara di London mengungkapkan, tahun lalu perusahaan-perusahaan pelayaran dunia telah mengeluarkan uang tebusan sebanyak 100 juta dolar AS pada perompak. Konon setiap tahun para perompak Somalia itu mampu menghasilkan uang tebusan hingga 150 juta dolar AS. Suatu jumlah penghasilan terbesar di dunia kriminal. Apabila dikonversikan ke dalam rupiah dengan nilai kurs Rp 11.000,00, pendapatan perompak itu mencapai Rp 1,6 triliun.
Sulit diberantas?
Dengan menggunakan perahu mesin, gerombolan nelayan tersebut tak takut mencegat kapal-kapal berbadan raksasa. Terkadang, mereka mendapat "tangkapan sampingan": mulai dari senjata mesin dan tank T-72 buatan Rusia yang diangkut kapal kargo Ukraina, MV Faina, hingga minyak mentah seharga US$100 juta yang dibawa sebuah kapal tanker Saudi, Sirius Star.
Aksi perompakan pada 14 November 2008 itu sungguh spektakuler. Sirius Star adalah sebuah kapal tanker raksasa berukuran 3 kali lebih besar dari kapal induk. Saat itu, tanker berbobot mati 318.000 ton milik perusahaan minyak Arab Saudi Aramco, sedang membawa penuh muatan minyak mentah sebanyak 2 juta barrel seharga $ 100 juta AS. Tanker raksasa itu berhasil dikuasai oleh para pembajak Somalia pada Ahad, 16 November 2008.
Yang mengejutkan aksi ini dilakukan jauh dari Teluk Aden, lokasi perompakan yang biasanya mereka lakukan. Sirius Star dalam perjalanan ke AS melalui Tanjung Harapan, Afrika Selatan, tidak melalui Teluk Aden, tetapi melewati Terusan Suez. Kapal tanker ini kemudian oleh para perompak digiring ke Eyl di perairan terpencil di wilayah utara Somalia. Eyl merupakan sarang yang aman bagi bajak laut Somalia itu.
[kaskus]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar